Apa Itu Strategi Pivot dan Kapan Startup Perlu Melakukannya

Jul 13, 2023
Pivot

Pivot dalam bahasa Indonesia berarti poros. Sementara itu, dalam persoalan strategi, pivot merujuk kepada keputusan mengubah poros atau arah bisnis.

Hal ini tidak jarang terjadi pada perusahaan startup. Ada yang beralih teknologi, mengubah produk, hingga banting setir ke industri lain. Padahal, membangun startup sendiri sudah memerlukan modal, waktu, tenaga, dan pikiran yang tidak main-main.

Maka, ketika sebuah perusahaan startup melakukan strategi pivot, pasti ada alasan yang kuat di baliknya. Agar lebih memahaminya, simak apa itu strategi pivot dan ketahui juga kapan startup perlu melakukannya!

Baca Juga: Pengertian Fundraising dan Strateginya untuk Startup

Apa itu strategi pivot?

Pivot

Pivot

Setiap founder dan pemilik startup pasti memiliki strategi khusus agar bisnis yang didirikannya bukan hanya mampu berkembang, tetapi juga bertahan di tengah industri tempatnya berdiri. Namun demikian, tantangan bahkan hambatan juga pasti selalu ada dan mengintai.

Bukan hanya faktor internal yang dapat menyebabkan kejatuhan startup, tetapi juga faktor eksternal. Yang kedua kerap kali lebih tidak terprediksi, seperti ketidakstabilan politik hingga pandemi seperti yang telah terjadi pada tahun 2020 silam.

Di sinilah strategi pivot dibutuhkan. Pivot merupakan strategi untuk mengubah strategi. Jadi, ketika bisnis berjalan kurang lancar atau tidak membawa hasil yang diharapkan, tentu ada yang perlu diubah, bukan?

Perubahan itu yang disebut dengan strategi pivot. Perubahannya tidak harus besar, seperti misalnya beralih dari bisnis e-commerce ke investasi, melainkan bisa saja hanya mengubah target pasar atau produk. Tujuannya agar startup tetap bisa bertahan dan terhindar dari kebangkrutan.

Baca Juga: 8 Perbedaan Startup dan UMKM yang Perlu Diketahui

Kapan Perusahaan Perlu Melakukan Pivot?

Mengubah strategi jelas bukan hal yang mudah, apalagi jika telah merancang sejumlah strategi yang diharapkan bisa membawa kesuksesan untuk startup. namun demikian, ketika keadaan sulit dan mengharuskan adanya perubahan, maka strategi pivot perlu dilakukan.

Lalu keadaan seperti apa yang dapat menjadi alasan kuat bagi startup melakukan pivot? Sebagai gambaran, berikut sejumlah kondisi yang dapat menjadi landasan kuat sebelum melakukan pivot.

1. Pasar tidak kunjung terbentuk

Ada kondisi di mana startup secara aktif mengedukasi target pasar melalui berbagai cara, mulai dari yang konvensional dan bersentuhan langsung dengan calon konsumen hingga melalui cara digital. Edukasi pasar merupakan hal yang penting dalam pembentukan calon konsumen.

Jika upaya edukasi pasar telah dilakukan secara terus menerus bahkan hingga menghabiskan biaya operasional, tetapi pasar tidak kunjung terbentuk, maka hal ini mengindikasikan ada sesuatu yang salah.

Kemungkinan, kehadiran startup dan produk yang bersangkutan belum dibutuhkan pada target pasar atau segmen yang dituju. Maka kemudian, pivot menjadi pilihan yang sebaiknya segera dilakukan.

Baca Juga: Metode Lean Startup: Prinsip dan Tujuannya untuk Bisnis

2. Mendapatkan respons negatif terus menerus

Dalam berbisnis, akan selalu ada respons atau ulasan negatif yang diterima. Ulasan tersebut bisa menjadi masukan manakala persentasenya kecil jika dibandingkan dengan ulasan positif atau keseluruhan.

Lalu, bagaimana jika terlalu banyak respons negatif yang masuk? Ini bisa jadi merupakan tanda bahaya bagi startup.

Sebab, respons negatif yang berulang menandakan performa buruk atau produk tidak dapat diterima oleh konsumen. Jika sudah begini, maka pivot adalah strategi terbaik agar dapat menghasilkan respons positif.

Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Bisnis Startup Bisa Berkembang Pesat

3. Segmen pasar terlalu luas

Bukan hanya bagi startup, bagi semua jenis bisnis, hal ini sangat berbahaya untuk dilakukan. Sebab, berusaha menjangkau semua segmen pasar membuat startup tidak fokus, sulit berkembang dan boros biaya.

Bayangkan ada berapa jenis produk yang harus dikembangkan saat startup berusaha menjangkau semua kalangan? Belum lagi biaya promosi dan edukasi pasar.

Niat meraup laba sebesar-besarnya justru bisa jadi malapetaka dan merugikan bagi startup. Jika kondisinya seperti ini, maka perlu bagi startup melakukan pivot dengan cara lebih memfokuskan segmen pasar tertentu.

Baca Juga: 5 Manfaat Modal Ventura dalam Mengembangkan Startup

Cara Melakukan Pivot dalam Startup

Pivot

Pivot

Setelah memahami apa itu strategi pivot dan waktu yang tepat bagi startup untuk melakukannya, masih ada satu hal lagi yang perlu diketahui, yaitu caranya. Mengubah strategi pasti memerlukan banyak pertimbangan. Salah langkah sedikit bisa bikin startup mengalami lebih banyak kerugian.

Untuk itu, perhatikan tips-tips berikut ini saat melakukan pivot.

1. Identifikasi masalah dan cari solusi

Cara pertama untuk melakukan pivot adalah mengidentifikasi masalah. Pahami persoalan yang dihadapi startup, apakah tentang segmen pasar, bahan baku, produk, atau yang lainnya.

Setelah masalah ditemukan, langkah berikutnya adalah mencari solusi yang tepat sasaran. Jangan sampai solusi yang dipilih justru semakin memperlebar masalah yang terjadi.

Baca Juga: 9 Jenis Startup yang Berkembang di Indonesia

2. Buat segmen pasar yang tepat

Tips ini cocok bagi startup yang mengalami kebuntuan dalam hal segmen pasar. Misalkan, segmen pasar tidak kunjung terbentuk atau justru terlalu luas atau mendapatkan terlalu banyak respons negatif.

Langkah yang bisa ditempuh adalah masuk ke segmen pasar lainnya. Cara ini juga harus dilakukan dengan hati-hati. Perlu riset terlebih dahulu untuk menentukan segmen pasar yang tepat bagi startup.

3. Kembangkan prototipe produk baru

Jika permasalahannya ada di produk, kamu mungkin berpikir biaya mengembangkan produk baru sangat besar. Risikonya pun sama besarnya karena belum tentu produk baru langsung mendapatkan sambutan hangat dari pasar.

Oleh sebab itu, kembangkan prototipe produk terlebih dahulu agar lebih hemat biaya. Ujicobakan prototipe ke pasar dan lihat reaksinya. Jika banyak respons positif, maka prototipe tersebut dapat dikembangkan menjadi sebuah produk.

Baca juga: 11 Faktor Penyebab Startup Gagal yang Harus Dihindari

4. Jangan melenceng dari visi awal

Meskipun pivot berarti mengubah arah, bukan berarti mengubah semuanya ya. Strategi yang diubah harus tetap sejalan dengan visi startup saat awal didirikan.

Jadi, berfokuslah di perubahan cara mencapai visi tersebut, bukan malah mengubah tujuan.

Baca Juga: 8 Cara Meningkatkan Produktivitas Kerja Karyawan Startup

5. Dengarkan konsumen

Terakhir, dengarkan konsumen karena merekalah yang menggunakan produk dari perusahaanmu. Sesuaikan output perusahaan dengan apa yang mereka butuhkan. Jangan sampai sudah melakukan pivot tapi produk juga belum sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.

Baca Juga: Pengertian Iteration Process dan Pentingnya bagi Startup

Itu dia penjelasan tentang strategi pivot dan waktu yang tepat serta cara untuk melakukannya. Pada intinya, strategi pivot dibutuhkan pada waktu yang kurang menguntungkan bagi startup. Beberapa perubahan perlu dilakukan, tetapi juga harus disesuaikan dengan visi awal startup.