Apa Itu Startup? Ini Ciri-Ciri dan Contoh Perusahaannya

Aug 18, 2023
apa itu startup?

Startup menjadi salah satu jenis perusahaan yang paling diminati generasi milenial dan generasi Z. Pertumbuhan startup sebagian besar terjadi saat pandemi Covid-19, yaitu sejak tahun 2020 di Indonesia.

Mengutip Kompas.com, per 29 November 2022 tercatat total 2.400 startup di Indonesia. Untuk jumlah tersebut, Indonesia menduduki peringkat ke-6 negara dengan startup terbanyak di dunia.

Jenis startup yang muncul sejak masa pandemi pun semakin bervariasi. Bukan hanya startup e-commerce dan transportasi, tetapi juga pendidikan, kesehatan, dan masih banyak lagi.

Lalu apa itu startup, apa ciri yang membedakannya dari perusahaan konvensional dan apa saja contohnya? Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini!

Apa itu Startup?

Sesuai dengan namanya, startup adalah perusahaan yang baru mulai atau biasa disebut juga dengan perusahaan rintisan. Startup masih dalam masa pengembangan di berbagai aspek, mulai dari produk, pangsa pasar, hingga SDM.

Selain itu, startup juga biasanya merupakan perusahaan berbasis teknologi dan internet. Karena masih merintis, sebagian besar startup hanya memiliki tim kecil dengan sistem kerja yang cepat dan pembagian tugasnya kerap masih saling bertumpuk.

Startup dianggap lebih fleksibel dan selalu berkembang serta sanggup beradaptasi dengan perubahan yang ada di masyarakat. Startup biasanya didirikan oleh 1-3 orang dengan pembiayaan yang berasal dari dana pribadi sebelum akhirnya mencari pendanaan dari investor.

Baca juga: 7 Cara Membangun Perusahaan Startup yang Sukses

Ciri dan Karakteristik Perusahaan Startup

apa itu startup?

apa itu startup?

Startup memiliki sejumlah ciri dan karakteristik yang membedakannya dari perusahaan konvensional, seperti misalnya:

Diciptakan untuk memecahkan masalah

Perusahaan konvensional pada umumnya dirancang untuk memenuhi selera pasar sehingga dengan cepat mampu meraih keuntungan. Di sisi lain, startup menciptakan produk berdasarkan masalah yang ada di masyarakat.

Oleh sebab itu, produknya merupakan solusi yang manfaatnya dapat dirasakan oleh banyak orang. Salah satu contoh yang paling mudah diingat tentunya startup ojek online (ojol).

Ojol menjadi solusi atas masalah yang kerap dialami masyarakat, yaitu ketidakjelasan biaya transportasi ojek. Biasanya, masalah tersebut diselesaikan melalui teknologi internet atau digital. Inilah mengapa startup identik dengan perusahaan teknologi.

Fleksibel

Faktor lainnya yang membedakan startup dengan perusahaan konvensiona adalah fleksibilitasnya. Dibandingkan dengan corporate yang cenderung berbelit-belit, hierarkis, bahkan birokratis.

Sebaliknya, startup sangat fleksibel dan dinamis, baik dari segi organisasi, pembagian pekerjaan, hingga operasional. Semuanya menyesuaikan dengan kebutuhan, sehingga lebih mudah untuk berkembang dan berinovasi.

Berbasis internet

Istilah startup memang lebih merujuk ke perusahaan rintisan berbasis online. Artinya, teknologi internet menjadi dasar utama dalam menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat, mengembangkan produk, hingga memasarkannya.

Bahkan, produknya sendiri kerap kali merupakan produk digital.

Hal ini berbeda dengan UMKM, misalnya, yang berdasarkan pada kearifan lokal, tetapi pada beberapa aspek menggunakan bantuan teknologi digital, misalnya untuk memasarkan.

Tidak terjamin kesuksesannya

Startup, meskipun seringkali dilihat sebagai bisnis yang penuh kemilau dan menggiurkan, nyatanya tidak menjamin kesuksesan. Menurut riset dari Zippia, rata-rata startup hanya bisa bertahan antara 2-5 tahun sebelum bangkrut.

Artinya, startup yang bertahan lebih dari lima tahun pasti memiliki cara tersendiri untuk terus berkembang di tengah persaingan yang ketat. Salah satu alasan yang menyebabkan ketidaksuksesan startup adalah karena solusi yang diberikan kurang solutif bagi masyarakat atau target pasar yang dituju.

Meski demikian, bukan berarti semua startup akan gagal. Buktinya, banyak juga startup yang berhasil jadi unicorn, decacorn, dan seterusnya.

Baca Juga: 7 Cara Membuat Business Plan untuk Startup

Mengikuti program inkubator dan akselerator

Program inkubator dan akselerator menghubungkan antara startup dengan para mentor profesional, founder senior, pebisnis, hingga investor. Kedua program ini sangat berguna untuk para founder agar dapat lebih mahir dalam mengelola dan mengembangkan startupnya.

Bahkan, program tersebut juga bisa membantu startup dalam bentuk pelatihan, mentoring, hingga pendanaan.

Mendapatkan dana dari investor

Sebagian startup didirikan dengan menggunakan uang pribadi founder. Karena itulah, startup selalu berusaha untuk berkembang sampai mendapatkan investor.

Fungsi dari dana investasi yang didapatkannya beragam, mulai dari modal awal sampai ekspansi. Ada tiga tipe investasi yang umumnya dilakukan oleh investor, yaitu investasi saham (ekuitas), investasi pinjaman pemegang saham (shareholder loan), dan pinjaman dengan gadai saham (convertible note).

Baca Juga: 5 Manfaat Modal Ventura dalam Mengembangkan Startup

Sejarah Startup di Dunia

Tren startup tentunya tidak muncul begitu saja. Perkembangannya sudah terjadi sejak tahun 1990-an dan masih terus berdinamika hingga sekarang. Seperti apa sejarah startup di dunia? Simak kronologinya di bawah ini!

  • Era dot-com

    Era dot-com atau yang juga disebut “The dot-com bubble” berlangsung di Amerika Serikat di antara decade 1990-an hingga awal tahun 2000. Saat itu, banyak perusahaan baru yang didirikan berbasis internet.

    Internet pun dipandang sebagai penemuan yang hebat dan memiliki prospek yang baik di masa depan sehingga makin marak digunakan berbagai kalangan. Pada masa ini pula lahir dua startup yang masih ada hingga kini, yaitu Amazon dan eBay. Banyak perusahaan membuat website sendiri dan didominasi domain .com. Inilah yang melatarbelakangi penamaan era tersebut.

    Pada akhirnya, banyak pula perusahaan yang menambahkan elemen “e” yang merujuk pada electronic dan .com di namanya hingga terjadi persaingan yang tidak sehat. Sebagian besar perusahaan kolaps dan berakhirlah era dot-com.

  • Startup pertama di dunia

    Hingga saat ini belum dapat dipastikan kapan era startup awal bermula. Bahkan, era dot-com pun ternyata lebih modern jika dibandingkan dengan kemunculan ekosistem bisnis Silicon Valley.

    Ekosistem inilah yang dianggap sebagai cikal bakal merebaknya startup di dunia. Salah satu startup yang didirikan di Silicon Valley paling awal adalah International Business Machine (IBM) tahun 1911 yang kemudian menjadi salah satu produsen hardware, middleware, dan software terbesar di dunia.

    Apple, Microsoft, dan Google juga dulunya merupakan startup yang berhasil menjadi market leader di dunia.

    Baca juga; 9 Jenis Startup yang Berkembang di Indonesia

  • Startup pertama di Indonesia

    Satu abad setelah era startup pertama di dunia, barulah muncul ekosistem investasi startup digital di Indonesia, tepatnya pada tahun 2010. Saat itu, East Ventures menggelontorkan dana segar ke Tokopedia dan PT Telekomunikasi Indonesia menyuntikkan dana ke Blanja.com.

    Perusahaan modal ventura pun dengan cepat merebak di Indonesia. Dalam waktu empat tahun saja, ekosistem startup digital sudah cukup mapan. Northstar Group dari Singapura saat itu menggelontorkan dana ke Gojek, startup Indonesia yang kini sudah menjadi unicorn dengan nilai valuasi lebih dari USD 1 miliar.

    Sejak saat itu, perusahaan modal ventura dan startup di Indonesia berkembang pesat bahkan jumlahnya sudah mencapai lebih dari 2.400 hingga saat ini. Beberapa startup yang muncul paling awal di Indonesia antara lain Gojek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka.

Baca Juga; 11 Faktor Penyebab Startup Gagal yang Harus Dihindari

Perbedaan Startup dengan Perusahaan Biasa

apa itu startup?

apa itu startup?

Sekilas di atas sudah dijelaskan perbedaan startup dengan perusahaan biasa. Berikut penjelasan yang lebih rinci mengenai perbedaan di antara keduanya.

Pendanaan

Pendanaan startup di awal mula pendiriannya biasanya berasal dari dana pribadi founder. Seiring pertumbuhan dan perkembangannya, startup mencari pendanaan dari investor agar dapat lebih berkembang sesuai tujuannya.

Sementara itu, perusahaan biasa mendapatkan pendanaan dari pemilik perusahaan. Untuk operasional dan pengembangan bisnis, mereka mengelolanya dari hasil keuntungan bisnis.

Operasional

Dari segi operasional, startup cenderung diatur oleh founder dan/atau manajemen. Sementara itu, pihak investor hanya turut serta di keputusan strategis.

Hal ini berbeda dari perusahaan biasa yang hampir semuanya ditentukan oleh kemauan pemilik perusahaan. Biasanya, pemodal atau pemilik perusahaan juga duduk di dalam struktur manajemen.

Tujuan

Startup biasanya bertujuan menciptakan sesuatu yang baru, inovasi, dan solusi bagi masyarakat. Seringkali, startup belum menemukan target pasar yang sesuai dan produk yang diciptakannya pun belum tentu dapat diterima masyarakat luas.

Sebaliknya, perusahaan biasa cenderung meniru model bisnis yang sudah terbukti menguntungkan agar dapat memperoleh keuntungan secepatnya.

Baca juga: 8 Perbedaan Startup dan UMKM yang Perlu Diketahui

Level Valuasi Startup

Istilah unicorn dan decacorn yang sering terdengar di masyarakat berkaitan erat dengan level valuasi startup. Valuasi merupakan nilai ekonomis sebuah perusahaan yang dihitung dengan metode perhitungan valuasi oleh perusahaan ventura.

Apa saja level valuasi startup? Berikut rinciannya.

Cockroach

Merujuk kepada startup yang baru didirikan dan valuasinya rendah. Cockroach atau kecoa menunjukkan daya tahan hidup yang tinggi.

Biasanya, startup di level ini sedang rajin-rajinnya mencari investor dan gigih dalam mengembangkan perusahaan.

Ponies

Ponies merujuk kepada kuda poni yang imut dan menggambarkan startup dengan nilai valuasi hingga USD10 juta atau setara Rp140 miliar. Artinya, perusahaan berhasil tumbuh dan terus mencari investor agar valuasinya semakin melejit.

Centaurs

Centaurs adalah makhluk mitologi Yunani yang berbentuk manusia setengah kuda. Dalam level valuasi, Centaurs adalah perusahaan dengan valuasi yang mencapai USD100 juta atau setara Rp1,4 triliun.

Unicorn

Nah, kalau istilah yang satu ini pasti sudah lebih familiar. Startup level Unicorn memiliki valuasi hingga USD 1 miliar atau setara Rp14,1 triliun. Mengutip bisnis.com, sejumlah startup unicorn di Indonesia per tahun 2023 antara lain DANA, Ajaib, Kopi Kenangan, dan Xendit.

Decacorn

Level selanjutnya ialah decacorn untuk startup dengan nilai valuasi hingga USD 10 miliar atau setara Rp140 triliun. Pada tahun 2020, Gojek berhasil menjadi decacorn pertama di Indonesia. Sementara itu mengutip liputan6.com, tahun 2023 ini sudah ada dua Decacorn di Indonesia, yaitu J&T Express dan GoTo.

Hectocorn

Terakhir, Hectocorn yang merupakan level valuasi tertinggi dengan nilai hingga USD 100 miliar atau setara Rp1.400 triliun. Di level global, ada sejumlah perusahaan yang telah mencapai level ini, yaitu Google, Microsoft, Apple, Oracle, Cisco, dan Facebook.

Baca Juga: Apa Itu Unicorn, Decacorn, dan Hectocorn? Ini Perbedaannya

Contoh Startup di Dunia

Ada ribuan startup di dunia ini, berikut beberapa contohnya yang berhasil menjadi raja startup dunia.

SpaceX

Perusahaan milik Elon Musk ini memiliki valuasi senilai USD127 miliar atau sekitar Rp1.909 triliun. Investornya pun berderet, mulai dari Rothenberg Ventures, Draper Fisher Jurvetson, hingga Founders Fund.

SpaceX memang berbeda dari startup lainnya. Perusahaan ini memproduksi dan meluncurkan roket serta pesawat ruang angkasa.

Selain itu, SpaceX juga mengembangkan sistem internet broadband dengan latensi rendah untuk memenuhi kebutuhan konsumen di seluruh dunia. Brand-nya dikenal sebagai Starlink.

Bytedance

Bytedance adalah startup dari China yang didirikan oleh Zhang Yimming. Valuasinya telah mencapai USD140 miliar atau setara Rp2.200 triliun. Sejumlah produknya antara lain TikTok, Vigo. Toutiao, dan Topbuzz.

Produk yang ditawarkan oleh Bytedance adalah platform konten yang didukung oleh teknologi AI. Bytedance disokong sejumlah investor seperti Sequoia Capital China, SIG Asia Investments, Sina Weibo, dan Softbank Group.

Klarna

Klarna merupakan perusahaan yang menawarkan solusi pembayaran untuk e-store dan ritel. Perusahaan ini berbasis di Stockholm, Swedia dan kini valuasinya telah mencapai USD45.6 miliar atau setara Rp685 miliar.

Beberapa investor Klarna antara lain Sequoia Capital, General Atlantic, dan Institutional Venture Partners.

Stripe

Selanjutnya ada Stripe, perusahaan teknologi keuangan yang berbasis di Amerika Serikat. Stripe menawarkan platform pemrosesan pembayaran bagi pedagang online agar dapat menerima pembayaran kartu kredit melalui penggunaan formula yang dibuat khusus.

Valuasinya kini mencapai sekitar USD95 miliar atau setara Rp1.426 triliun dengan investor capital, Lowercase Capital, dan Khosla Ventures.

Shein

Terakhir ada Shein, perusahaan asal China yang bergerak di bidang platform e-commerce B2C. Shein berfokus pada pakaian Wanita, tetapi juga menawarkan berbagai jenis pakaian lainnya.

Kini valuasinya sudah mencapai USD100 miliar atau setara Rp1.502 triliun dengan investor Sequoia Capital China, Shunwei Capital Partners, dan juga Tiger Global Management.

Baca Juga: Tahapan Pendanaan Startup: Dijelaskan dari Awal hingga IPO

Itu dia serba-serbi startup mulai dari pengertian, sejarah, jenis, level valuasi, hingga contohnya di dunia. Kunjungi terus blog Alpha JWC Ventures untuk informasi seputar startup dan investasi.