10 Contoh Startup Edutech di Indonesia dan Asia Tenggara

Apr 13, 2023
edutech

Kehadiran startup edutech memudahkan pengguna yang ingin belajar tanpa harus pergi ke lembaga bimbingan belajar atau meningkatkan skill agar semakin andal dalam berkarier. Di Indonesia, startup edutech telah hadir sejak tahun 2000-an awal dan terus bertambah, terutama dengan semakin majunya teknologi digital.

Ditambah dengan pandemi Covid-19 yang melanda dunia, kesempatan startup edutech untuk berkembang pun semakin pesat. Di Indonesia dan Asia Tenggara, ada ratusan startup edutech yang masing-masing membawa misi sendiri-sendiri.

Beragam solusi ditawarkan untuk konsumen di pasar edutech, mulai dari siswa sekolah, mahasiswa, sampai pekerja yang memerlukan layanan edutech. Lalu apa saja contoh startup edutech di Indonesia dan Asia Tenggara? Simak daftarnya di bawah ini!

Baca Juga: Mengenal Startup Edutech dan Perkembangannya di Indonesia

1. Zenius

zenius

zenius

Zenius merupakan salah satu pionir startup edutech di Indonesia yang sudah hadir sejak tahun 2007 dan juga merupakan bimbel online interaktif pertama di Indonesia. Zenius punya misi untuk menumbuhkan rasa penasaran dan cinta akan proses belajar di dalam diri semua orang di mana pun ia berada. 

Jadi, bukan hanya soal nilai nih yang dikejar oleh Zenius. Justru Zenius mengajak orang mencintai proses belajar dengan penuh semangat dan merdeka. Salah satu terobosan teranyar yang dilakukan Zenius adalah menggratiskan semua layanan pada Maret 2020 untuk mendukung proses belajar selama masa pandemi Covid-19.

Maret 2022, Zenius mendapatkan pendanaan dari MDI Ventures sehingga total pendanaan yang telah dikumpulkan mencapai lebih dari US$40 juta atau sekitar Rp575 miliar. Sebelumnya, Zenius telah mendapatkan pendanaan dari Northstar Group, Alpha JWC Ventures, Openspace Venture, dan Beacon Venture Capital.

2. Colearn

Colearn adalah startup edutech yang membantu siswa di Indonesia untuk mengerjakan PR dengan cepat menggunakan teknologi artificial intelligent (AI). Selain itu, Colearn juga menyediakan video pemecahan jawaban soal-soal yang dibuat oleh tutor-tutor yang berpengalaman.

Video tersebut berisi rincian langkah mengerjakan soal disertai pembahasan hingga tuntas. Ada juga kelas live online di mana Guru Juara akan mengampu secara interaktif. Bukan hanya mengajar, mereka juga memotivasi murid-murid untuk belajar dengan cara menyenangkan.

Colearn baru diluncurkan pada tahun 2020 saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Mendapatkan momentum yang tepat, Colearn dapat menjangkau 3,5 juta murid dalam waktu cepat. 

Tahun 2021, Colearn mendapatkan pendanaan seri A sebesar US$10 juta atau setara Rp143 miliar dari Alpha Wave Incubation (AWI) dan GSV Ventures. Hal ini menjadikannya sebagai salah satu startup edutech yang paling banyak didanai di Indonesia.

3. Cakap

Selanjutnya ada Cakap, startup edutech yang dikenal sebagai kelas bahasa online yang bisa diakses orang dewasa maupun anak-anak. Harga yang lebih terjangkau dibandingkan kelas lembaga biasa membuat Cakap banyak diminati. 

Selain itu, Cakap juga menawarkan kelas vokasi dan kursus sertifikasi dengan berbagai layanan yang sifatnya sangat fleksibel bagi pengguna. Hingga saat ini, Cakap telah memberdayakan lebih dari seribu guru dari berbagai negara. 

Akhir 2021 lalu, Cakap mendapatkan pendanaan seri B sebesar Rp143 miliar dari MDI-KB & Heritage Capital, disusul pendanaan dari Indonesia Impact Fund. Suntikan dana ini akan digunakan Cakap untuk meningkatkan kapasitas teknologi dari sisi learning experience serta memperluas jangkauan akses pendidikan ke wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar).  

4. Pintek

Pintek adalah perusahaan yang bergerak di bidang finansial teknologi dengan misi mendorong transformasi pendidikan di Indonesia melalui layanan keuangan. Pintek meminjamkan dana kepada orang-orang yang membutuhkan pinjaman untuk biaya pendidikan. 

Akhir tahun 2021 lalu, Pintek mendapatkan pendanaan Seri A sebesar US$7 juta atau sekitar RP100 miliar melalui Socap Holding Pte. Ltd. Melalui pendanaan ini, Pintek ingin memaksimalkan kontribusi terhadap pendidikan di Indonesia dengan cara menyaring talenta baru, mempercepat pengembangan produk, meningkatkan teknologi, dan memperkuat jangkauan pasar. 

Pintek didirikan pada tahun 2018 dan hingga kini telah mendukung lebih dari 2.750 institusi pendidikan dan 100 UKM pendidikan serta 650 ribu siswa di seluruh Indonesia.

5. Harukaedu

Harukaedu bergerak menawarkan layanan pendidikan secara online dan telah bekerja sama dengan lebih dari 15 lembaga pendidikan tinggi di Indonesia. Ada lebih dari dua puluh program gelar pembelajaran online terakreditasi dan campuran.

Tahun 2019, Harukaedu juga mulai menjangkau segmen korporasi untuk mengubah program pelatihan karyawan. Harukaedu juga memiliki portal pendidikan yang berfokus pada pendidikan kejuruan, yaitu Pintaria.com. 

Tahun 2019, Harukaedu mendapatkan pendanaan seri C dari SIG yang juga melibatkan sejumlah investor seperti AppWorks, GDP Venture, Gunung Sewu Kencana dan Samator Education.

6. Gredu

Gredu merupakan startup edutech berbasis SaaS untuk digitalisasi sistem informasi di sekolah. Mereka menyediakan sejumlah layanan, seperti penjadwalan, presensi, pembuatan rencana studi hingga evaluasi belajar. 

Ada beberapa produk yang ditawarkan, seperti School Management System, Learning Management System, Literacy dan Full Version. 

Tahun 2021, Gredu memperoleh pendanaan seri A senilai US$4 juta atau setara Rp58 miliar dipimpin oleh Intudo Ventures dan disertai partisipasi dari investor sebelumnya, yaitu Vertex Ventures. 

Pendanaan ini digunakan Gredu untuk memperluas jangkauan ke luar wilayah Jabodetabek, khususnya kota-kota besar di seluruh Indonesia.

7. Circledoo

Circledoo merupakan platform skill sharing pertama di Indonesia dan Asia. Konsepnya cukup unik, yaitu mempertemukan orang-orang yang memiliki keterampilan untuk kemudian bergabung dalam “circle” dan saling belajar serta mengasah skill yang dimiliki.

Circledoo mendorong generasi muda untuk mendapatkan keahlian dan keterampilan tertentu dengan mudah dan murah.

Tahun 2017, Circledoo mendapatkan pendanaan seed funding sebesar Rp2,6 miliar.

8. Pahamify

Pahamify adalah startup edutech yang menciptakan aplikasi belajar bagi murid-murid di berbagai level pendidikan. Pahamify memuat puluhan ribu video pembelajaran premium berupa animasi, kuis, maupun ringkasan. dengan menggabungkan sains belajar, filmmaking, gamifikasi, dan tampilan yang intuitif, Pahamify berhasil menggaet ribuan pengguna.

Didirikan tahun 2018, Pahamify berhasil mendapatkan pendanaan sebesar US$150.000 dari Y Combinator pada tahun 2020. Kemudian pada akhir 2020, Pahamify kembali mendapatkan pendanaan seri A dari Shunwei Capital.

Tahun 2022, Pahamify sempat pamit melalui akun Instagramnya, namun kemudian merilis program baru dengan masih membidik pasar murid-murid sekolah.

9. Bahaso

Selanjutnya ada startup edutech yang menawarkan layanan belajar Bahasa Inggris, yaitu Bahaso. Munculnya startup ini berawal dari pengalaman foundernya, Tyovan Ari Widagdo yang merasa gagap ketika harus berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dengan investor asal Jepang.

Pengguna Bahaso dapat belajar listening, writing, reading, dan juga speaking melalui aplikasi ini. 

Bahaso mendapatkan pendanaan praseri dari Telkom. Pada tahun 2019, Bahaso telah memiliki lebih dari 550 ribu pengguna.

10. Squline

Squline juga merupakan startup edutech yang menyediakan layanan kursus bahasa yang terhubung dengan pengajar di berbagai wilayah Asia Pasifik. Pengguna dapat belajar melalui live video call dan juga pesan instan. 

Beberapa bahasa yang bisa dipelajari melalui platform ini adalah bahasa Mandarin, bahasa Inggris, dan bahasa Jepang. 

Squline juga telah menjalin kerja sama dengan berbagai institusi pendidikan seperti Beijing Language Culture College, Universitas Atmajaya, dan Universitas Indonesia. Pada tahun 2018, Squline mendapatkan pendanaan seri A dari Investidea Ventures.

Pendanaan tersebut dimanfaatkan untuk mendukung perekrutan SDM dan pengembangan teknologi dan produk pada tahun 2019.

Itu dia deretan contoh startup edutech di Indonesia dan Asia Tenggara. Jadi ternyata startup edutech bukan hanya soal memberikan pendidikan secara online. Ada banyak macamnya dengan berbagai misi dan solusi yang diberikan kepada pengguna pun beragam.