7 Karakteristik Startup yang Sukses

Mar 13, 2023
karakteristik startup

Ribuan perusahaan startup baru muncul setiap tahunnya. Tetapi, sebagian besar bangkrut di tahun pertama, tidak mampu bertumbuh dan berkembang untuk mencapai level yang lebih tinggi. 

Namun, dari ribuan startup baru itu, ada sejumlah startup yang mampu menghadapi tantangan, bertumbuh dan berkembang hingga sukses. Di antara startup yang sukses, terdapat pembeda yaitu karakteristiknya. 

Berikut ini adalah tujuh karakteristik startup yang sukses:

  • Produk sesuai dengan pasarnya

Menjual produk atau layanan yang diinginkan oleh pelanggan sangat penting. Pasar harus bersedia dan mampu membayar produk yang ditawarkan oleh startup. Hal ini tampak sepele, tetapi banyak startup yang kesulitan untuk menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar. 

Menurut laporan CBI Insights, 42% dari startup yang gagal dalam survei mengaitkan kegagalan mereka dengan ketidakmampuan menyesuaikan dengan kebutuhan pasar. Padahal, perusahaan-perusahaan tersebut melakukan riset pasar sebelum meluncurkan produk. 

Kemungkinan, riset yang dilakukan tidak mencakup jangkauan pasar yang cukup luas sehingga tidak dapat menghadirkan gambaran yang akurat. Di awal peluncuran produk, bisa jadi penerimaan pasar cukup baik, tetapi produk itu ternyata tidak dapat membawa startup kepada kesuksesan. 

Startup yang sukses tahu bahwa ide awal atau konsep produk perlu terus menerus diperbaiki sebelum diluncurkan secara resmi. Semakin cepat startup menemukan formula yang tepat untuk produk yang sesuai dengan pasar, semakin kuat pula fondasi kesuksesannya.

  • Mulai dengan uji coba pasar dalam skala kecil

Startup barangkali tergoda untuk menciptakan produk yang berguna bagi target pasar yang luas. Sayangnya, hanya karena produk atau layanan menarik bagi banyak orang, bukan berarti keinginan untuk menyediakannya harus dituruti.

Hal ini justru berbahaya bagi startup yang baru mulai. Salah satu pendiri PayPal dan investor awal Facebook, Peter Thiel, mengungkapkan bahwa kesalahan terbesar yang dapat dilakukan startup baru adalah menargetkan pasar raksasa sejak awal. 

Hal itu menandakan bahwa startup belum mampu mendefinisikan kategori pasar dengan benar. Pada akhirnya, startup akan menghadapi terlalu banyak persaingan.

Saat perusahaan menciptakan produk untuk pangsa pasar yang besar, perusahaan justru tidak akan pernah dapat berkembang menjadi besar. Jadi, lebih baik mulai dari skala kecil untuk menyempurnakan proses dan akhirnya mencapai tujuan.

Contoh startup yang memulai dengan pasar kecil adalah Facebook. Mark Zuckerberg diketahui meluncurkan situs tersebut di Harvard, diikuti oleh beberapa universitas Ivy League lainnya. Kemudian, platform tersebut dapat diakses siapa saja di negara tersebut yang memiliki alamat email .edu. 

Jauh sebelum Facebook menguasai dunia, perusahaan ini terus-menerus berinovasi.

  • Semangat mendisrupsi

Disrupsi merupakan inovasi yang mampu membuat pasar baru, yang pada akhirnya akan menggantikan pasar yang telah ada sebelumnya. Startup yang sukses didasarkan pada ide disrupsi. Frasa “teknologi gangguan” diciptakan oleh profesor Harvard Business School, Clayton Christensen.

 

Dengan demikian, faktor pendorong keberhasilan startup bukan founder atau individu yang ingin menjadi bos mereka sendiri, melainkan semangat atau ide yang memvisualisasikan “normal baru” untuk target pasar mereka. Itulah passion yang mendorong startup maju menghadapi pesaing yang ada, standar industri, dan norma.

  • Budaya perusahaan yang menyenangkan

Dalam dua tahun pertama sebuah perusahaan, 50-60 persen dari karyawan mereka kemungkinan besar akan resign. Biasanya hal itu terjadi karena manajemen yang buruk. 

Sebenarnya, budaya hanyalah seperangkat keyakinan yang diyakini oleh suatu komunitas. Oleh karena itu, budaya perusahaan pada dasarnya terdiri dari asumsi yang dipegang oleh manajemen tentang bagaimana (dan mengapa) pekerjaan dilakukan, yaitu:

  • Siapa kita sebagai bisnis dan sebagai individu?
  • Apa yang kita yakini?
  • Seberapa dekat seharusnya kita dengan rekan kerja kita?

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti ini pada akhirnya menentukan budaya startup. Besarnya tekanan untuk mempercepat pengembangan produk dan akuisisi pelanggan kerap kali membuat banyak founder mengabaikan budaya. 

Menerapkan budaya yang kuat dimulai dengan memperjelas nilai-nilai perusahaan kemudian menyuntikkan nilai-nilai tersebut ke dalam segala hal mulai dari kebijakan kantor hingga lingkungan kerja. Oleh karena itu, banyak founder memilih ruang kerja bersama dibandingkan dengan kubikel seperti kantor konvensional. 

  • Serius menerima feedback

Salah satu kualitas dari startup yang sukses adalah kemampuan mereka untuk menerima feedback. Apakah feedback tersebut berasal dari investor, mentor, atau pelanggan, startup yang sukses memanfaatkan nilai dari feedback tersebut untuk membantu meningkatkan produk, layanan, atau model bisnis mereka. 

Pada akhirnya, penting bagi startup untuk mengetahui kapan harus berubah dan kapan harus bertahan pada posisi tertentu. Founder yang cerdas membangun hubungan baik dengan mentor sejak awal, mengembangkan hubungan dengan mereka yang sudah lebih dulu berada di bidang tersebut untuk belajar dari kesalahan dan keberhasilan mereka. 

Salah satu cara terbaik untuk membuat koneksi seperti itu adalah melalui coworking. Buka kantor di ruang kerja yang berfokus pada teknologi, dan pekerja ataupun founder akan terhubung dengan individu yang memahami tantangan yang dihadapi startup. Dengan kata lain, menemukan rekan yang sefrekuensi.

  • Fokus 

Ketika memulai startup dari awal, terutama dengan tim kecil, founder mudah tergoda untuk mengambil terlalu banyak proyek sekaligus. Sayangnya, hal ini justru dapat membunuh startup.

Seperti yang ditulis oleh salah satu pendiri Y Combinator, Paul Graham, “Meskipun penyebab langsung kematian dalam sebuah startup cenderung kehabisan uang, penyebab yang mendasar biasanya adalah kurangnya fokus.”

Salah satu startup yang berhasil tetap fokus adalah BlaBlaCar. Berbeda dengan Uber, startup asal Prancis ini memenuhi kebutuhan transportasi yang lebih khusus: carpooling untuk perjalanan jarak jauh. BlaBlaCar menghubungkan pengemudi dengan orang lain yang melakukan perjalanan ke arah yang sama, seperti hitchhiking di era modern. 

Dengan berfokus pada niche tertentu, startup ini berhasil mengumpulkan $100 juta dalam pendanaan pada tahun 2014 dan sekarang telah berkembang hingga mencapai 20 juta pengguna di 18 negara yang berbeda. Dengan tetap fokus pada target audiens dan produk mereka, perusahaan ini dapat dengan jelas mengkomunikasikan apa yang membuat mereka unik kepada investor. 

  • Membangun komunitas

Terakhir, startup yang paling sukses memikirkan hal-hal selain akuisisi pelanggan dan bekerja untuk membangun komunitas. Mereka tidak dapat mengandalkan beberapa dekade loyalitas merek seperti merek yang sudah mapan, sehingga mereka bekerja keras dan terlibat dengan target pasar.

Saat ini ada banyak forum yang dapat digunakan untuk membangun komunitas. Platform media sosial, forum online, dan aplikasi pesan seperti Slack merupakan salah satu contoh. Meski demikian, pada awal pembuatan komunitas biasanya lebih menantang karena berangkat dari pertanyaan: bagaimana cara membuat orang tertarik?

Kuncinya adalah mengetahui apa yang paling berharga bagi pasar dan memfasilitasi percakapan seputar topik tersebut. 

Itu dia sejumlah karakteristik startup yang sukses. Di luar karakteristik tersebut, tentu saja masih banyak faktor yang dapat menyumbang kesuksesan startup. 

Namun, founder dapat mengambil insight dari karakteristik yang sudah disebutkan di atas dan menerapkannya kepada startup buatan mereka.