Kenali Apa Itu Startup Bubble Burst dan Penyebabnya

Mar 13, 2023
Kenali Apa Itu Startup Bubble Burst dan Penyebabnya

Di tengah maraknya perusahaan startup baik di Indonesia maupun di dunia, fenomena startup bubble burst menghantui. Fenomena ini biasanya ditandai dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran.

Bahkan startup besar pun tidak terhindar dari bubble burst. Lalu bagaimana dampaknya bagi perusahaan dan bagaimana cara menyikapinya? Simak penjelasan selengkapnya berikut ini! 

Apa Itu Startup Bubble?

Sebenarnya, bubble burst merupakan istilah dalam ekonomi yang merujuk kepada kondisi di mana harga produk atau aset naik secara drastis tetapi juga turun sama cepatnya.

Pada perusahaan startup, istilah ini berkaitan dengan tinggi rendahnya harga saham yang mempengaruhi nilai valuasi. Startup bubble burst tentunya tidak menguntungkan bagi startup. 

Sebab, penurunan harga yang juga disebut sebagai kontraksi merupakan momen “burst” terjadi. Peningkatan harga yang cukup signifikan biasanya disebabkan oleh perubahan perilaku dari para investor. 

Tetapi, performa perusahaan startup juga bisa menjadi faktor penyebab terjadinya bubble burst


Penyebab Startup Bubble burst

Terdapat sejumlah penyebab di balik fenomena startup bubble burst, yaitu:

  1. Penurunan market share

Salah satu faktor yang dapat menyebabkan fenomena startup bubble burst adalah penurunan market share suatu perusahaan. Kenapa demikian?

Hal ini dapat terjadi manakala produk atau layanan yang ditawarkan perusahaan tidak mampu bersaing di pasar, sehingga kinerjanya tidak memuaskan para stakeholders dan investor. Dampaknya, perusahaan atau startup tersebut akan kehilangan pendapatan dan mengalami penurunan yang signifikan dalam market share.

 

  1. Investor lebih selektif dalam hal pendanaan

Adanya selektivitas investor dalam memberikan pendanaan juga merupakan faktor penyebab terjadinya fenomena bubble burst pada startup di Indonesia.

Hal ini terjadi karena semakin banyaknya jumlah startup yang bermunculan di Indonesia, sehingga terdapat persaingan yang semakin ketat di antara mereka untuk mendapatkan pendanaan dari investor.

Apabila investor semakin selektif, maka akan semakin sulit bagi startup untuk mendapatkan pendanaan yang dibutuhkan. Terutama jika kinerja mereka kurang memuaskan, tidak menarik minat investor, atau dianggap terlalu berisiko untuk diinvestasikan.

 

  1. Situasi pandemi membaik

Pada awal pandemi, banyak startup yang bermunculan dan menawarkan produk atau layanan sebagai solusi bagi masyarakat dalam mempermudah aktivitas mereka. Namun, ketika kondisi pandemi membaik, startup-startup tersebut mengalami kesulitan dalam menjual produk mereka.

 

  1. Saturated market

Pasar jenuh atau saturated market merujuk pada situasi di mana permintaan terhadap produk atau layanan telah mencapai puncaknya. Beberapa startup di Indonesia mengalami kondisi ini, yang membuat penjualan produk mereka sulit terjadi, selain karena membaiknya situasi pandemi.

Selain itu, pasar yang sangat responsif terhadap promosi dan diskon bisa menyebabkan perusahaan atau startup kehilangan konsumen jika mereka tidak menawarkan kedua hal tersebut.

Namun, terlalu sering memberikan promo atau diskon bisa mengganggu arus kas dan pendapatan perusahaan.


Tahapan Startup Bubble

Ada sejumlah tahapan yang terjadi dalam fenomena startup bubble, yaitu:

  1. Displacement

Pada tahap awal, investor tertarik dengan ide atau inovasi baru yang berpotensi untuk berkembang di masa depan. Sebagai contoh, saat ini dunia metaverse sedang muncul dan berpotensi menggantikan internet yang pertama kali diluncurkan pada tahun 1990-an.

 

  1. Ledakan

Tahap kedua ini ditandai dengan kenaikan harga yang signifikan setelah terjadi pergeseran. Setelah sukses dalam menarik perhatian pasar, akan terjadi tahap booming atau lonjakan harga. Pada tahap ini, aset perusahaan akan menarik perhatian pelaku pasar dan investor.

 

  1. Euforia

Tahapan ini adalah masa keemasan bagi startup. Terjadi kenaikan harga yang signifikan dan para investor memberikan pendanaan yang besar tanpa memperhatikan kapan akan mendapatkan keuntungan. 

Namun, pada tahap ini, beberapa investor juga mencoba memanfaatkan momen tersebut untuk mendapatkan capital gain dari kenaikan nilai investasi.

 

  1. Profit

Langkah selanjutnya adalah memperoleh keuntungan atau profit. Pada tahap ini, para investor akan menjual aset mereka untuk meraih keuntungan. Investor yang cerdas mampu membaca tanda-tanda kapan bubble burst akan terjadi.

 

  1. Panik

Ketika terjadi bubble burst, bisnis akan menjadi panik. Harga aset yang sebelumnya melonjak tajam akan turun drastis. Investor harus menghadapi penurunan nilai aset kepemilikan mereka.

Kondisi ini mendorong para investor untuk bersaing melepas aset mereka dengan harga berapapun sebelum mengalami kerugian yang lebih besar.

 

Apa Efek dari Startup Bubble?

Startup bubble burst tentunya mengakibatkan dampak yang tidak main-main. Berikut sejumlah efek yang ditimbulkan startup bubble:

  1. PHK besar-besaran

Efek dari fenomena startup bubble burst yang pertama adalah terjadinya PHK dalam jumlah besar. Hal ini terjadi ketika perusahaan mengalami kesulitan dalam mendapatkan pendapatan dari produk atau layanannya sehingga mereka kesulitan dalam membayar gaji karyawan. 

Oleh karena itu, PHK menjadi salah satu opsi yang seringkali diambil oleh perusahaan agar bisa menghindari kebangkrutan.

 

  1. Penundaan rekrutmen

Perusahaan dapat menunda proses rekrutmen sebagai efek dari fenomena ini. Ini terutama terjadi ketika startup baru mendapat pendanaan besar dari investor untuk membiayai bisnisnya. Startup cenderung merekrut banyak karyawan untuk memenuhi harapan para pemangku kepentingan. 

Namun, ketika bubble burst terjadi, perusahaan terpaksa tidak merekrut karyawan baru untuk mengurangi pengeluaran biaya.

 

  1. Perusahaan menyadari telah overhire

Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, biasanya saat startup baru mendapatkan pendanaan, mereka akan merekrut karyawan dalam jumlah besar. Namun, ketika startup mengalami kesulitan dalam mencari pendanaan baru dari investor, mereka menyadari bahwa mereka telah merekrut karyawan terlalu banyak. 

Akibatnya, startup akan melakukan pemutusan hubungan kerja untuk mengurangi jumlah karyawan dan menghemat biaya.

 

  1. Pengurangan gaji

Jika perusahaan kesulitan mendapatkan dana dari investor, mereka akan mengurangi gaji karyawan sebagai salah satu cara untuk memangkas biaya agar tidak perlu melakukan PHK. Hal ini akan berdampak signifikan pada pekerja yang menerima gaji dalam bentuk uang dan saham dari perusahaan. Jika harga saham perusahaan turun, maka besaran gaji yang diterima oleh karyawan juga akan berkurang.


Yang Harus Disiapkan Pekerja dalam Menghadapi Startup Bubble

Dari paparan sebelumnya, terlihat jelas bahwa manajemen perusahaan, perilaku investor, dan kebutuhan masyarakat sangat mempengaruhi terjadinya startup bubble burst. Di luar hal-hal tersebut, pekerja tentunya harus bersiap menghadapi yang terburuk. 

Berikut sejumlah hal yang perlu dipersiapkan pekerja dalam menghadapi startup bubble:

  1. Meningkatkan skill terkait pekerjaan sekarang

Untuk bersiap menghadapi bubble burst, salah satu langkah yang bisa diambil adalah meningkatkan kemampuan atau skill, terutama yang terkait dengan pekerjaanmu. Hal ini dikarenakan, menurut Washington Post, perusahaan cenderung mencari pekerja dengan skill yang mumpuni. 

McKinsey dan Investopedia juga menyarankan beberapa skill penting yang perlu dimiliki oleh pekerja di perusahaan teknologi atau startup, seperti kemampuan berpikir kritis, kerja sama, komunikasi yang baik, kepemimpinan diri, dan kemampuan teknikal yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan secara efektif.

 

  1. Buktikan bahwa kamu merupakan aset bernilai bagi perusahaan

Salah satu cara untuk menjadi aset berharga bagi perusahaan adalah dengan meningkatkan skill dan kemampuan yang relevan dengan pekerjaanmu. Menurut Indeed, kemampuan dalam bekerja sama, berkomunikasi dengan baik, berpikir kritis, dan memiliki kepemimpinan diri yang baik dapat meningkatkan nilai dirimu sebagai aset perusahaan. 

Selain itu, menunjukkan kinerja yang baik, produktivitas yang tinggi, dan kontribusi yang berarti juga dapat membuatmu dianggap sebagai aset penting bagi perusahaan. Dengan begitu, job security-mu dapat terjamin dan perusahaan akan mempertimbangkan untuk mempertahankanmu dalam posisi yang sekarang.

 

  1. Perluas jaringan

Melakukan networking dapat membantumu memperluas jaringan di berbagai bidang dan tempat yang berguna saat mencari pekerjaan. Selain itu, dengan melakukan networking, pekerja juga memiliki kesempatan untuk bertemu dengan para profesional di berbagai industri dan memperoleh berbagai ilmu yang bermanfaat.

 

  1. Siapkan dana darurat

Langkah selanjutnya yang bisa dilakukan untuk mempersiapkan diri menghadapi startup bubble burst adalah menyiapkan dana darurat. Dana darurat ini dapat membantu ketika sedang dalam proses mencari pekerjaan baru.

 

  1. Tingkatkan literasi digital

Dalam era teknologi dan informasi yang semakin maju ini, memiliki kemampuan literasi digital yang baik sudah menjadi suatu keharusan. Kebanyakan proses bisnis saat ini terhubung dan bergantung pada perangkat teknologi. 

Dengan menguasai berbagai perangkat teknologi, karyawan dapat bekerja dengan lebih baik dan menjadi nilai tambah di mata perusahaan.

Nah itu dia fenomena startup bubble burst yang dapat terjadi kapan saja dan efeknya tidak main-main untuk para pekerja. Dengan memahami fenomena ini, diharapkan pekerja dapat bersiap-siap dan lebih waspada dalam menghadapi startup bubble burst.